Senin, 17 Mei 2010

Equivocality

Malam ini aku benar-benar merasa muak dengan semua ini. Tiba-tiba saja aku merasa muak! Entah mengapa, dan hal yang ada disekelilingi memicunya untuk semakin muak semuak-muaknya manusia. Kamar ini terlalu berantakan, sampah dimana-mana, barang-barang tidak pada tempatnya menjadi satu dengan sampah dan lama-lama terlihat seperti sampah. Aku sedang merasa tidak nyaman melakukan sesuatu bahasa kerennya tidak "mood". Pakaian kotor menumpuk, melihatnya membuat emosiku semakin tersulut. Ingin rasanya aku bakar! Agar tidak menganggu penglihatanku.
Aku bosan, aku lelah, aku m u a k! Air keluar dari mataku. Kepala seperti tertusuk-tusuk rasanya. Semua bersatu padu melawanku. Membuatku tidak nyaman. Otak yang dari dulu tidak pernah menunjukkan kinerja terbaiknya sekarang juga ikut tidak mau berfikir jernih, membuatku semakin kalut dan semakin ingin marah-marah. Selalu ada masalah, laptop mulai cari perkara, mobil bannya kempes, ac-rusak, keran bocor (untuk ke-sekian kalinya), kulkas bangsat, lampu mati, flash bego, harddisk tolol, baju hilang, hidupku, semua berebut saling sikut ingin disebut. Seperti sinetron saja hidup ini lama-lama, banyak yang perlu dikeluhkan padahal katanya mengeluh itu dosa. Berarti aku orang yang paling berdosa kalau begitu.
Bangsat memang, karena air dari mata ini tidak mau berhenti mengalir. Ya aku menangis. Puas? Silakan tertawa, selagi aku tidak bisa mendengarnya. Gara-gara menangis kepala jadi tambah sakit, dan masalah juga tidak selesai. Taulah aku menangis tidak menyelesaikan apa-apa hanya mengurangi 1% rasa muak dan perasaan kecewa. Tapi air ini tak juga mau berhenti, sekarang pun aku menangis. Aku ingin ibuku! Apa aku sudah bilang kalau Laptopku cari perkara? a.k.a rusak! Ya rusak (lagi), ini laptop kedua yang aku pakai dan kemudian rusak. Kali ini dalam kurun waktu kurang dari setahun. Hebat sekali diri yang hina dina ini bisa merusakkan barang jutaan rupiah dengan gampangnya.
Ingin rasanya aku teriak sekeras-kerasnya, marah semarah-marahnya, membanting semua barang-barang yang menghalangi pandanganku. Aku kesal! Tolong seseorang panggil ibuku, untuk membuatku tenang. Hari ini baru terasa kalau bulan Juni itu lama, baru aku merasakan apa yang orang-orang rasakan. Sempat terbesit pikiran untuk pulang, tapi aku tidak selemah itu. Aku yakin aku bisa lewati ini, aku hanya perlu pelampiasan. Jika aku pulang berarti aku lari dari masalah, dan tentunya aku tidak bisa selamanya lari dari masalah aku HARUS menghadapinya.
Disini terlalu gelap. Selalu gelap. Kali ini mataku tidak mau menyesuaikan dengan kegelapan yang ada. Apa yang harus aku lakukan jika aku tidak dapat melihat? Haruskah aku ambil resiko dengan menebak-nebak? Betapa aku benci ketidakpastian. Benci sebenci-bencinya manusia bisa membenci!

(ditulis pada heath minggu 16 Mei 2010 3:15pm dengan keadaan diri yang sangat kacau, yang bahkan dengan minum pun tidak akan membuatnya lebih baik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Folkie Talkie