* * *
People Nowdays
Sabtu, 15 September 2012
Minggu, 13 Mei 2012
Shadow
Siang ini 13 Mei 2012 orang suruhan ayah datang ke kost dengan membawa hadiah yang dibungkus dalam kotak. Today is not my birthday, tapi katanya itu untuk saya bukan titipan untuk dikasikan orang lain. Senang? tentunya, bukan karena isi dari hadiahnya tapi lebih kepada surat yang diselipkan didalam kotak tersebut. Rasanya seperti disadarkan kalau aku punya ayah yang sayang. Meskipun beliau selalu bikin naik darah, selalu seenaknya sendiri, dan setiap ketemu cuman bisa ngasi list beban dan tanggungjawab yang harus diemban, meskipun beliau tidak seperti ayah orang lain yang bisa ngabisin waktu dan perhatiin anak-anaknya setiap saat, aku tetep bersyukur. Karena ayah disela-sela aktivitasnya masih inget kalau punya anak, masih bbm walaupun kadang isinya ngaco dan lebih banyak tuntutannya, kadang telpon cuma tanya lagi dimana, lagi ngapain kayak wali tapi sisanya malah dengar beliau ngobrol sama orang disebelahnya, khas ayah yang sekeluarga sudah maklum kalau beliau suka lupa sedang nelpon aneh memang. Atau kalau sedang beruntung bisa mengobrol tentang impian-impian yang walaupun seringnya ditanggepin negatif, ayah yang setiap datang ke tanah rantau ngajak makan tapi yang sebenarnya adalah kadang duduk terpisah karena ada rekan-rekan bekerjanya, ayah yang tidak ada apa-apanya dibanding ayahmu tapi aku sayang sekali sampai kalaupun mau ditukar aku tidak mau :)
Minggu, 06 Mei 2012
Question Mark
Lama saya memilih buku ini, hingga
musik tanda toko mau tutup sudah di putar saya masih kebingungan buku
tulis seperti apa yang akan saya beli. Akhirnya pilihan jatuh pada yang
bersampul hitam, seperti biasa.
Buku ini adalah tempat dimana saya akan menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang sepele, yang membuat saya penasaran, membuat saya kepikiran namun bukan pertanyaan yang dibuat-buat. Pertanyaan yang tadinya saya ingin satu hari satu pertanyaan namun rasanya seperti diburu-buru saja. Jadi saya putuskan untuk menuliskan pertanyaan jika memang sedang ada pertanyaan yang melintas.
Buku ini tidak hanya akan saya tuliskan sendiri, karena jawabannya akan berasal dari orang-orang yang sekiranya berpengetahuan akan hal yang saya tanyakan hingga orang yang saya ingin tahu jawabannya dari pertanyaan saya. Satu pertanyaan bisa saja dijawab oleh beberapa orang. Atau mungkin ada orang yang ingin menjawab tanpa saya minta juga diperkenankan. Dan mungkin saya juga akan menuliskan jawaban atas pertanyaan seseorang kepada saya, pertanyaan yang membuat saya berpikir berulang kali untuk menjawabnya secara langsung tentunya.
Ini bukan kerjaan iseng, ini serius. Saya merasa umur saya dan manusia pada umumnya tidak akan cukup untuk mengetahui segala isi dunia ini dengan baik. Memang tidak semuanya perlu diketahui, tapi kalau ada kesempatan mengapa tidak? Jadi, Umo adalah cara saya untuk mengetahui. Melalui pandangan manusia-manusia selain diri saya. Saya yakin ada banyak hal menarik di dunia ini yang tidak akan pernah saya rasakan tetapi orang lain rasakan. Ada banyak hal buruk di dunia ini yang tidak saya ketahui. Dan juga banyak hal di dunia ini yang hanya saya bisa pertanyakan.
Yak, alasan diatas adalah alasan yang dilebih-lebihkan. Alasan sederhananya karena saya ini orangnya pemalu, malu kalau bertanya langsung. Karena katanya malu bertanya sesat dijalan, jadi saya memilih menuliskan pertanyaan saya dan meminta seseorang menuliskan jawaban atas pertanyaan saya. Agar sewaktu-waktu jika sedang mencari jalan saya hanya perlu membuka buku ini tanpa mengingat-ngingat karena saya ini orangnya gampang lupa.
Buku ini adalah tempat dimana saya akan menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang sepele, yang membuat saya penasaran, membuat saya kepikiran namun bukan pertanyaan yang dibuat-buat. Pertanyaan yang tadinya saya ingin satu hari satu pertanyaan namun rasanya seperti diburu-buru saja. Jadi saya putuskan untuk menuliskan pertanyaan jika memang sedang ada pertanyaan yang melintas.
Buku ini tidak hanya akan saya tuliskan sendiri, karena jawabannya akan berasal dari orang-orang yang sekiranya berpengetahuan akan hal yang saya tanyakan hingga orang yang saya ingin tahu jawabannya dari pertanyaan saya. Satu pertanyaan bisa saja dijawab oleh beberapa orang. Atau mungkin ada orang yang ingin menjawab tanpa saya minta juga diperkenankan. Dan mungkin saya juga akan menuliskan jawaban atas pertanyaan seseorang kepada saya, pertanyaan yang membuat saya berpikir berulang kali untuk menjawabnya secara langsung tentunya.
Ini bukan kerjaan iseng, ini serius. Saya merasa umur saya dan manusia pada umumnya tidak akan cukup untuk mengetahui segala isi dunia ini dengan baik. Memang tidak semuanya perlu diketahui, tapi kalau ada kesempatan mengapa tidak? Jadi, Umo adalah cara saya untuk mengetahui. Melalui pandangan manusia-manusia selain diri saya. Saya yakin ada banyak hal menarik di dunia ini yang tidak akan pernah saya rasakan tetapi orang lain rasakan. Ada banyak hal buruk di dunia ini yang tidak saya ketahui. Dan juga banyak hal di dunia ini yang hanya saya bisa pertanyakan.
Yak, alasan diatas adalah alasan yang dilebih-lebihkan. Alasan sederhananya karena saya ini orangnya pemalu, malu kalau bertanya langsung. Karena katanya malu bertanya sesat dijalan, jadi saya memilih menuliskan pertanyaan saya dan meminta seseorang menuliskan jawaban atas pertanyaan saya. Agar sewaktu-waktu jika sedang mencari jalan saya hanya perlu membuka buku ini tanpa mengingat-ngingat karena saya ini orangnya gampang lupa.
My question, your answer.
Kamis, 12 April 2012
Merekam Minor
Sabtu 31 Maret 2012, saya berkesempatan lagi untuk turut serta menampilkan karya fotografi saya dalam naungan UFO UGM. Kembali berkarya dengan teman-teman seperjuangan yang sudah selama hampir 2 tahun bersama. Pameran ini terselenggara atas dasar dorongan dari para tetua di UFO. Dorongan yang sangat keras sekali, sampai akhirnya pameran ini pun terselenggara. Bukan sebuah pameran seperti pada umumnya, kami para artis menyelenggarakan pameran ini tanpa panitia. Pantia rangkap jadi artis, khas mahasiswa. Namun dibalik kemasan yang sederhana dari pemilihan tempat yang hanya di Ruang Sidang I gelanggang mahasiswa juga, publikasi yang dilakukan dalam waktu yang singkat. Percayalah kami mempunyai angan yang besar atas terselenggaranya pameran ini, namun apa daya manusia jika sudah terbentur masalah dana.
17 artis, 17 karya bertemakan minoritas. Saya tidak terlibat dalam pemilihan tema, tapi saya tahu pasti butuh waktu lama bagi saya untuk menentukan apa yang akan saya angkat. Cukup lama, bahkan terasa sangatlah lama bagi saya dari pemilihan konsep hingga proses eksekusi itu sendiri. Karena keteteran oleh kegiatan kuliah saya sempat menelantarkan pameran ini, bahkan sempat datang kuratorial tanpa konsep sama sekali dikepala. Saya sangatlah payah!
Begitu banyak kejutan di pameran ini, sampai-sampai saya lelah bertanya 'sekarang apa lagi?!' Singkat cerita akhirnya konsep saya disetujui dan saya mulai menggarapnya. Ingin menyoroti anak-anak downsyndrome dengan cita-citanya. Berbagai kesulitan menemukan alamat pasti yayasan downsyndrome di jogja, akhirnya saya memutuskan untuk beralih ke anak-anak difabel. Lama saya bergelut di sekolah anak-anak berkebutuhan khusus ini, mulai dari soal perijinan, pendekatan, dan pergolakan batin pribadi. Lama saya disini tidaklah memakan waktu berbulan-bulan, hanya sekitar 4-5 hari namun proses eksekusi tidaklah berjalan sesuai keinginan saya.
3 kali kunjungan saya ke sekolah sama sekali tidak membuahkan hasil, saya lebih banyak merenung dan memperhatikan. Saya sibuk merasa tidak enak hati, dan bertanya-tanya 'gimana kalau saya yang jadi orangtua mereka? ijinin orang kayak saya motret anaknya nggak?' Perasaan-perasaan sungkan seperti itulah yang merundung saya. Tapi untunglah saya punya teman-teman yang baik dan mau datang mensupport saya. Tidak akan saya lupakan bagaiamana salah satu teman saya berkata 'nanti kalau aku punya anak difabel, aku ga bakal malu. Kalau orang kayak kamu dateng aku bakal dengan seneng hati nerima karena anakku spesial'. Inilah titik balik saya, pembicaraan dilorong sekolah waktu itulah yang akhirnya membuat saya akhirnya mulai memotret.
Walaupun tidak berhasil mendapatkan anak-anak dengan wajah mongoloid tapi saya tetap bersyukur. Saya mengambil 3 orang anak, Anis, Kevin, dan Dion. Dengan tema foto yang berbeda, dua diantara 3 saya puas akan hasilnya. Namun kurator pameran kami memilih ketiganya, saya senang sekaligus terkejut karena tanggapannya terhadap karya saya positif. Sampai saya bertanya-tanya jangan-jangan ada kejutan lagi.
Tentunya kalau hidup ga ada kejutan bukan hidup namanya. H-1 malam saat pendisplayan karya. Disaat ketiga karya saya sudah di frame, ada permintaan dari kurator soal mounting dan frame, kemudian saya bersiap mengganti mounting. Kata teman saya dipanggil lagi sama kurator, saya kira becanda. Intinya ketiga karya sama dieliminasi dan hanya diwakilkan oleh satu foto saya. Dalam hati 'ini becanda kan?' sambil senyum ala joker.
Sebenarnya apa yang terjadi? Jadi H-1 pameran saya masih saja memotret. Kali ini saya berhasil mendapatkan anak downsyndrome. Semangat saya waktu itu 'Hajaaar bleh..'. Dengan proses kuratorial yang diluar kebiasaan, yaitu melalui bbm dan dilakukan pada waktu yang last minute akhirnya sang kurator memilih foto yang akhirnya menjadi karya yang dipamerkan. Saya dibuat tidak bisa berhenti tersenyum berkenalan dengan Arin anak perempuan spesial berumur 12 tahun dengan segudang bakatnya. Atau seperti yang kakaknya tulis 'Our cute little angle' ya Arin memang bagaikan seorang malaikat. Ia bernyanyi dan menyanyi dengan penuh penghayatan didepan saya, tidak ada bedanya dia dan anak lainnya. Arin itu spesial :)
17 artis, 17 karya bertemakan minoritas. Saya tidak terlibat dalam pemilihan tema, tapi saya tahu pasti butuh waktu lama bagi saya untuk menentukan apa yang akan saya angkat. Cukup lama, bahkan terasa sangatlah lama bagi saya dari pemilihan konsep hingga proses eksekusi itu sendiri. Karena keteteran oleh kegiatan kuliah saya sempat menelantarkan pameran ini, bahkan sempat datang kuratorial tanpa konsep sama sekali dikepala. Saya sangatlah payah!
Begitu banyak kejutan di pameran ini, sampai-sampai saya lelah bertanya 'sekarang apa lagi?!' Singkat cerita akhirnya konsep saya disetujui dan saya mulai menggarapnya. Ingin menyoroti anak-anak downsyndrome dengan cita-citanya. Berbagai kesulitan menemukan alamat pasti yayasan downsyndrome di jogja, akhirnya saya memutuskan untuk beralih ke anak-anak difabel. Lama saya bergelut di sekolah anak-anak berkebutuhan khusus ini, mulai dari soal perijinan, pendekatan, dan pergolakan batin pribadi. Lama saya disini tidaklah memakan waktu berbulan-bulan, hanya sekitar 4-5 hari namun proses eksekusi tidaklah berjalan sesuai keinginan saya.
3 kali kunjungan saya ke sekolah sama sekali tidak membuahkan hasil, saya lebih banyak merenung dan memperhatikan. Saya sibuk merasa tidak enak hati, dan bertanya-tanya 'gimana kalau saya yang jadi orangtua mereka? ijinin orang kayak saya motret anaknya nggak?' Perasaan-perasaan sungkan seperti itulah yang merundung saya. Tapi untunglah saya punya teman-teman yang baik dan mau datang mensupport saya. Tidak akan saya lupakan bagaiamana salah satu teman saya berkata 'nanti kalau aku punya anak difabel, aku ga bakal malu. Kalau orang kayak kamu dateng aku bakal dengan seneng hati nerima karena anakku spesial'. Inilah titik balik saya, pembicaraan dilorong sekolah waktu itulah yang akhirnya membuat saya akhirnya mulai memotret.
Walaupun tidak berhasil mendapatkan anak-anak dengan wajah mongoloid tapi saya tetap bersyukur. Saya mengambil 3 orang anak, Anis, Kevin, dan Dion. Dengan tema foto yang berbeda, dua diantara 3 saya puas akan hasilnya. Namun kurator pameran kami memilih ketiganya, saya senang sekaligus terkejut karena tanggapannya terhadap karya saya positif. Sampai saya bertanya-tanya jangan-jangan ada kejutan lagi.
Tentunya kalau hidup ga ada kejutan bukan hidup namanya. H-1 malam saat pendisplayan karya. Disaat ketiga karya saya sudah di frame, ada permintaan dari kurator soal mounting dan frame, kemudian saya bersiap mengganti mounting. Kata teman saya dipanggil lagi sama kurator, saya kira becanda. Intinya ketiga karya sama dieliminasi dan hanya diwakilkan oleh satu foto saya. Dalam hati 'ini becanda kan?' sambil senyum ala joker.
Sebenarnya apa yang terjadi? Jadi H-1 pameran saya masih saja memotret. Kali ini saya berhasil mendapatkan anak downsyndrome. Semangat saya waktu itu 'Hajaaar bleh..'. Dengan proses kuratorial yang diluar kebiasaan, yaitu melalui bbm dan dilakukan pada waktu yang last minute akhirnya sang kurator memilih foto yang akhirnya menjadi karya yang dipamerkan. Saya dibuat tidak bisa berhenti tersenyum berkenalan dengan Arin anak perempuan spesial berumur 12 tahun dengan segudang bakatnya. Atau seperti yang kakaknya tulis 'Our cute little angle' ya Arin memang bagaikan seorang malaikat. Ia bernyanyi dan menyanyi dengan penuh penghayatan didepan saya, tidak ada bedanya dia dan anak lainnya. Arin itu spesial :)
Langganan:
Postingan (Atom)